Thursday, December 6, 2018
Teknologi dan Sains
Perkembangan teknologi yang begitu pesat pada saat ini tidak dapat dielakkan lagi, berbagai penemuan baru muncul tiap harinya. Berbagai macam model maupun feature handphone yang baru selalu dipromosikan oleh para vendor, mulai dari yang harganya murah sampai yang paling mahal. Notebook atau yang biasa disebut laptop sekarang seperti “kacang goreng”, ada di setiap toko komputer yang dulunya hanya menjual PC Desktop (personal computer) saja, itupun ditawarkan dengan harga yang super murah hampir setara dengan desktop kelas menengah. Pada prinsipnya teknologi ini berkembang untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan manusia agar dalam kehidupannya dapat lebih mudah berkomunikasi atau melakukan sesuatu. Manfaat positif yang didapat dari penggunaan teknologi ini sudah pasti banyak dan beraneka ragam. Pada saat handphone (HP) pertama kali diperkenalkan, masyarakat begitu antusias dengan berbagai kemudahan yang ditawarkan. Pada saat itu fungsinya hanya untuk memperlancar komunikasi, namun sekarang hampir setiap handphone memiliki fasilitas pemutar lagu, yang hanya berfungsi sebagai penghibur. Selain itu, terdapat pula berbagai macam fasilitas yang ditawarkan, seperti kamera beresolusi tinggi, bentuk yang “aneh”, business card scanner, push email, wifi, sampai pada bahan dari handphone yang dapat dipesan sendiri oleh pembeli yang ingin tampil beda. Dengan kata lain, handphone adalah ekspresi dari diri penggunanya. Sama halnya dengan handphone, laptop pun tidak mau ketinggalan. Selalu ada terobosan baru seperti Finger Print Reader dan berbagai fasilitas yang terlalu banyak untuk disebutkan satu persatu. Hingga saat ini muncul fenomena dimana handphone diciptakan untuk menjadi komputer dan komputer diciptakan untuk menjadi handphone. Semua itu karena produsen handphone menawarkan produk yang ingin membuat para pembeli bisa menikmati handphone yang mempunyai banyak fasilitas yang menghibur sekaligus alat untuk mencatat berbagai keperluan dan kegiatan-kegiatan yang dilakukan sehari-hari. Sedangkan laptop dirancang sedemikian kecil dan ringan namun tetap mempertahankan fungsi utamanya. Jarang sekali orang menyadari akan bahaya yang ditimbulkan oleh alat-alat tersebut. Banyak orang mengalami gangguan dalam tidur ketika mendapat pesan dari handphone yang bahkan terlihat seperti mendapat sebuah hadiah lewat pesan tersebut. Sekarang banyak sekali operator seluler yang muncul menawarkan berbagai kemudahan dalam berkomunikasi, mulai dari tarif yang super murah sampai pada free talk. Berdasarkan hasil penelitian, penggunaan telepon dalam waktu yang lama akan mengakibatkan jaringan pada otak manusia terganggu. Selain itu, penggunaan alat – alat tersebut dapat mengakibatkan semakin susahnya untuk mengingat hari-hari penting kerabat atau orang-orang terdekat karena adanya ketergantungan pada alat tersebut. Dengan kata lain, teknologi membuat manusia semakin malas untuk mengingat sesuatu yang sebenarnya.
A. Teknologi dan Sains
A.1. Pengertian Teknologi
Pada umumnya orang selalu memahami bahwa teknologi itu bersifat fisik, yakni yang dapat dilihat secara inderawi. Teknologi dalam arti ini dapat diketahui melalui barang-barang, benda-benda, atau alat-alat yang berhasil dibuat oleh manusia untuk memudahkan realisasi hidupnya di dunia. Hal ini memperlihatkan tentang wujud dari karya cipta dan karya seni (Yunani techne) manusia selaku homo technicus. Dari sinilah muncul istilah “teknologi”, yang berarti ilmu yang mempelajari tentang “techne” manusia.
Tetapi pemahaman seperti itu baru memperlihatkan satu segi saja dari kandungan kata “teknologi”. Istilah teknologi sebenarnya lebih dari sekedar penciptaan barang, benda atau alat dari manusia selaku homo technicus atau homo faber. Teknologi bahkan telah menjadi suatu sistem atau struktur dalam eksistensi manusia di dalam dunia. Teknologi bukan lagi sekedar sebagai suatu hasil dari daya cipta yang ada dalam kemampuan dan keunggulan manusia, tetapi bahkan telah menjadi suatu “daya pencipta” yang berdiri di luar kemampuan manusia, yang pada gilirannya kemudian membentuk dan menciptakan suatu komunitas manusia yang lain. Awalnya teknologi dapat dipahami sebagai hasil buatan manusia, tetapi kini teknologi juga harus dipahami sebagai sesuatu yang dapat menghasilkan suatu kemanusiaan tertentu. Teknologi mampu melahirkan sejumlah cara hidup, pola hidup, dan karakter hidup dari manusia, yang dulu menciptakannya. Demikianlah teknologi tidak hadir lagi secara fisik-inderawi dalam barang atau benda atau alat, melainkan hadir dalam bentuk sebagai suatu “roh” zaman, sistem sosial dan struktur masyarakat manusia dalam suatu komunitas. Dapat dikatakan bahwa teknologi sesungguhnya adalah tema atau pokok yang universal dan global. Pemahaman atau pemaknaan teknologi tidak dapat dilakukan hanya dengan mengandalkan pendekatan-pendekatan lokal tradisional sebagai yang adi-luhung, suci dan bersih, lalu memandang teknologi sebagai sesuatu yang dari luar (kebarat-baratan), kotor dan jahat, melainkan memerlukan suatu pendekatan yang melibatkan seluruh bangsa dan masyarakat manusia untuk berbicara bersama. Pendekatan seperti inilah yang begitu penting, mengingat bahwa teknologi selain mempunyai manfaatnya bagi manusia, ia juga punya dampak-dampak yang merugikan keberadaan manusia. Baik manfaat maupun kerugian itu, bukan hanya menjadi bagian masyarakat bagaimana teknologi itu dimanfaatkan, tetapi juga dialami oleh masyarakat dimana teknologi itu dimulai (dihasilkan atau diciptakan). Jadi sesungguhnya, teknologi itu adalah tema-nya dan pokok-nya masyarakat global.
Penekanan teknologi sebagai suatu pokok secara global, sebetulnya juga mengandung makna historis. Dimana dengan terjadinya revolusi industri yang meningkatkan keterkaitan antar bangsa di dunia, berbagai teknologi ditemukan dan menjadi dasar bagi perkembangannya saat ini, seperti komputer dan internet. Pada saat itu pula, berkembang secara bersama-sama pergeseran-pergeseran teknologi secara kebudayaan. Dalam arti bahwa proses transferalisasi teknologi itu bukanlah tanpa makna dan ide-ide tertentu, seperti dikatakan oleh Arnold J. Toynbee, dalam Mangunwijaya: “Transfer teknologi akan berarti juga transfer sebuah totalitas kebudayaan satu ideologi pihak yang melahirkan teknologi itu. Sebab kalau tidak maka sinar kebudayaan yang lepas bagaikan elektron yang terlepas atau penyakit menular yang tersesat”. Justru karena teknologi adalah sebuah transferalisasi yang penuh makna dan ide-ide tertentu, maka ia bukanlah sekedar barang atau benda atau alat-alat belaka. Maka dari itu, pemahaman terhadap teknologi, tidak bisa tidak harus membutuhkan suatu kajian tentang makna-makna, ide-ide, dan simbol-simbol yang relevan. Dalam hal ini, dapat dikatakan bahwa teknologi sebenarnya adalah sebuah kebudayaan. Menurut Clifford Geertz, “kebudayaan adalah suatu sistem simbol yang dengannya manusia dapat memberi makna bagi kehidupannya“. Ini berarti bahwa teknologi adalah wujud nyata dari simbol-simbol kebudayaan manusia. Dimana dengan simbol teknologi ini maka manusia dapat mengembangkan kehidupannya di dalam dunia.
Dari pemahaman seperti itu, maka pendekatan terhadap teknologi juga dapat didekati secara kebudayaan. Tetapi dalam pendekatan secara kebudayaan perlu diwaspadai. Pada umumnya orang akan berpendapat bahwa jika berbicara tentang kebudayaan, maka berarti ada kebudayaan ‘asli’ dan kebudayaan ‘asing’. Pemahaman seperti ini tidaklah tepat, sebab yang menghidupi suatu tradisi atau kebudayaan adalah manusia, dan manusia yang menghidupi suatu kebudayaan adalah manusia yang mempunyai hakekat sebagai makhluk sosial dan selalu berhubungan dengan orang-orang lain dalam suatu realitas dan kebudayaan yang berbeda dengannya. Dalam hakekat seperti ini maka mustahil untuk berbicara tentang adanya budaya ‘asli’ dan budaya ‘asing’. Yang tepat adalah membicarakan bahwa yang terjadi dalam percakapan kebudayaan adalah “perjumpaan” kebudayaan. Dimana dalam perjumpaan itu, baik budaya sendiri (bukan yang asli) atau budaya orang lain (bukan yang asing) sama-sama aktif dan proaktif dalam rangka saling membentuk dan saling mempengaruhi. Dalam perjumpaan itu tidak akan ada yang hilang atau musnah, malahan dibaharui secara baru. Dengan pemahaman seperti ini, pendekatan terhadap teknologi di Indonesia dapat dikerjakan dengan beberapa pendekatan sebagai berikut:
1. teknologi bukanlah masalah kapitalisme atau sosialisme atau pancasialisme, melainkan adalah masalah globalisme.
Teknologi tidak harus dipahami sebagai semacam perjuangan dan imperialisme kaum kapitalis terhadap sejumlah ideologi yang ada, melainkan harus dipahami sebagai suatu pokok atau tema globalisasi. Apalagi jika telah terhubung dengan Ilmu pengetahuan, Industri dan Bisnis (ITIB), maka ia akan mempunyai suatu wujud wajah yang konkrit. Dimana ITIB mempunyai proses dan perangai yang faktual sama, entah diolah di Amerika atau Eropa, Jepang, bahkan Cina. Sebab walaupun sistem komunis bertolak belakang dengan sistem kapitalis, tetapi hal tersebut hanya dalam sistem politik saja. Walapun ideologi kapitalis dan komunis diketahui saling bertentangan, tetapi tidak boleh dilupakan bahwa cara-cara membuat mesin diesel, menjahit pakaian massal serta penyediaan energi dalam proses dasarnya adalah sama, baik di Amerika ataupun di Cina. Jip Will’s maupun Gaz dipakai juga oleh Angkatan Bersenjata Republik Indonesia yang katanya adalah Pancasilais.
1. Teknologi bukanlah asosiasi Barat-Timur atau negara maju dan negara berkembang (belum maju), melainkan adalah konkritisasi dari perwujudan cara berada manusia mulai dari Timur sampai ke Barat, Utara ke Selatan, yang didalamnya terdapat sejumlah masyarakat yang dikatakan sudah maju maupun yang sedang berkembang (belum maju) atau yang tradisional maupun yang modern. Artinya kalau teknologi dipahami sebagai wujud dari manusia selaku homo technicus atau homo faber dan maupun sebagai suatu sistem dan struktur dalam suatu komunitas manusia, maka hal itu juga adalah kondisi dan realitas manusia di seluruh dunia dari dahulu sampai sekarang? Bukankah sebuah gerobak sapi di sebuah desa di Halmahera dengan sebuah mobil di Jakarta milik seorang pengusaha akan mempunyai fungsi dan manfaat yang terkondisikan menurut realitas dan kebutuhan serta cara memanfaatkanya? Sebagai hasil dari teknologi manusia?
1. Teknologi harus ditanggapi dengan sikap yang kritis.
Menurut Mangunwijaya ‘kita tidak perlu benci pada ITIB, tetapi juga adalah tolol sekali bila ITIB sampai kita anggap selaku Dewi Sri terpuja masa kini”. Hal ini menunjukkan bahwa dalam menghadapi realitas teknologi, kita perlu membangun atau memerlukan suatu sikap yang kritis. Pertanyaannya adalah kritis terhadap apa? Dan bagaimana menjadi kritis? Untuk pertanyan ini ada beberapa langkah yang dapat dikerjakan antara lain:
1. Aktif.
Artinya dengan sikap yang gamblang, paham perkaranya dan tahu apa yang harus diperbuat, bertanggung jawab baik terhadap diri sendiri maupun juga kepada generasi yang akan datang. Hal ini dimaksudkan sebagai suatu perumusan sikap dan strategi politik teknologi yang arif. Hal mana sangat berdampak pada suatu technostructure (struktur teknologi) yang berperangai sebagai kekuasaan, terutama melalui MNC (Multi National Corporation). Tetapi hal ini bukan hanya menjadi tugas dari negara-negara yang sedang berkembang saja, melainkan menjadi tugas seluruh bangsa di dunia ini dalam proses Kultur und Zivilisation. Hal ini akan ditunjang pula oleh kecenderungan dalam masyarakat post-modernis, pasca-industrial yang memberi fokus terhadap segi-segi non-teknis.
1. Melihat teknologi sebagai sesuatu yang tidak netral.
Teknologi tidak hanya mempunyai dampak positif melainkan juga negatif. Ia tidak statis dan tanpa pengaruh, melainkan juga dapat menjadi suatu “kuasa” yang sulit dikendalikan. Apalagi jika dipengaruhi oleh kepentingan-kepentingan dan upaya mencari keuntungan belaka. Karena itu, maka hal yang perlu dilakukan adalah mengembangkan konsep teknologi yang sepadan, seperti yang diusulkan oleh Isao Fujimoto, dalam Mangunwijaya, yaitu dengan melakukan empat prinsip yang penting, antara lain: Teknologi berdasarkan upaya swadaya dan tidak tergantung pada para ahli, desentralisasi, kerja sama dan bukan persaingan, sadar akan tanggung jawab sosial dan ekologis.
1. Tanggung jawab moral dan etika.
Hal ini dimaksud untuk menanggapi seluruh dampak teknologi yang merugikan, bahkan semua orang terutama para sarjana dipanggil untuk hal ini berdasarkan akar-akar religiositas manusia sendiri, yang dalam iklim teknologi seolah-olah telah hilang ditelan oleh sekularisme dan rasionalisme. Pertanyaannya adalah dari segi apa hal ini dapat dikembangkan? Tiada lain adalah melalui segi budaya berdasarkan proses kontekstualisasi. Terutama dengan memberi penghargaan kepada orang-orang atau wadah-wadah gerakan yang sadar akan adanya bahaya teknologi dan berupaya untuk menciptakan suatu masyarakat yang mencita-citakan suatu paham convivial menurut konteksnya masing-masing.
1. Menciptakan iklim yang relevan manusiawi dengan pemahaman yang tepat tentang ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dalam arti bahwa pemanfaatan sejumlah teknologi haruslah menjamin suatu kelangsungan kehidupan. Teknologi dengan segala keunggulannya bukan dipakai demi pengrusakan dan eksploitasi seluruh alam, melainkan untuk suatu pengolahan yang berkelanjutan.
Selain itu teknologi adalah satu ciri yang mendefinisikan hakikat manusia yaitu bagian dari sejarahnya meliputi keseluruhan sejarah. Teknologi, menurut Djoyohadikusumo (1994, 222) berkaitan erat dengan sains (science) dan perekayasaan (engineering). Dengan kata lain, teknologi mengandung dua dimensi, yaitu science dan engineering yang saling berkaitan satu sama lainnya. Sains mengacu pada pemahaman tentang dunia nyata sekitar, artinya mengenai ciri-ciri dasar pada dimensi ruang, tentang materi dan energi dalam interaksi satu terhadap lain. Dari perspektif sejarah, seperti digambarkan oleh Toynbee (2004, 35) teknologi merupakan salah satu ciri khusus kemuliaan manusia bahwa dirinya tidak hidup dengan makanan semata. Teknologi merupakan cahaya yang menerangi sebagian sisi non material kehidupan manusia. Teknologi, lanjut Toynbee (2004, 34) merupakan syarat yang memungkinkan konstituen-konstituen non material kehidupan manusia, yaitu perasaan dan pikiran , institusi, ide dan idealnya. Teknologi adalah sebuah manifestasi langsung dari bukti kecerdasan manusia.
Dari pandangan semacam itu, kemudian teknologi berkembang lebih jauh dari yang dipahami sebagai susunan pengetahuan untuk mencapai tujuan praktis atau sebagai sesuatu yang dibuat atau diimplementasikan serta metode untuk membuat atau mengimplementasikannya. Dua pengertian di atas telah digantikan oleh interpretasi teknologi sebagai pengendali lingkungan seperti kekuasaan politik di mana kebangkitan teknologi Barat telah menaklukkan dunia dan sekarang telah digunakan di era dunia baru yang lebih ganas.
A.2 .Pengertian Sains
Sains merupakan salah satu kajian ilmu yang mempelajari gejala-gejala kealaman. Sebagai proses, Sains merupakan cara kerja yang sistematis dan komprehensif dengan menggunakan metode ilmiah yang yang meliputi pengamatan, membuat hipotesis, merancang dan melakukan percobaan, mengukur dan proses-proses pemahaman kealaman lainnya. Sebagai produk kajian sains menghasilkan teori, hukum, potsulat, kaidah-kaidah, dan sebagainya. Sebagai sikap kajian sains menghasilkan sikap menghargai, menghormati, merasakan, menimbulkan keingintahuan, dan sebagainya.
Secara umum proses sains terdiri dari memecahkan masalah, merencanakan percobaan, mengumpulkan data, melaporkan dan mengolah data, menafsirkan data, dan mengkomunikasikan hasil dan kesimpulan. Langkah-langkah yang dilakukan pada proses sains disebut metode ilmiah atau proses ilmiah.
Definisi mengenai sains menurut Sardar (1987, 161) adalah sarana pemecahan masalah mendasar dari setiap peradaban. Tanpa sains, lanjut Sardar (1987, 161) suatu peradaban tidak dapat mempertahankan struktur-struktur politik dan sosialnya atau memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar rakyat dan budayanya. Sebagai perwujudan eksternal suatu epistemologi, sains membentuk lingkungan fisik, intelektual dan budaya serta memajukan cara produksi ekonomis yang dipilih oleh suatu peradaban. Pendeknya, sains, jelas Sardar (1987, 161) adalah sarana yang pada akhirnya mencetak suatu peradaban, dia merupakan ungkapan fisik dari pandangan dunianya. Sedangkan rekayasa, menurut Djoyohadikusumo (1994, 222) menyangkut hal pengetahuan objektif (tentang ruang, materi, energi) yang diterapkan di bidang perancangan (termasuk mengenai peralatan teknisnya). Dengan kata lain, teknologi mencakup teknik dan peralatan untuk menyelenggarakan rancangan yang didasarkan atas hasil sains.
Seringkali diadakan pemisahan, bahkan pertentangan antara sains dan penelitian ilmiah yang bersifat mendasar (basic science and fundamental) di satu pihak dan di pihak lain sains terapan dan penelitian terapan (applied science and applied research). Namun, satu sama lain sebenarnya harus dilihat sebagai dua jalur yang bersifat komplementer yang saling melengkapi, bahkan sebagai bejana berhubungan. Dapat dibedakan, akan tetapi tidak boleh dipisahkan satu dari yang lainnya.(Djoyohadikusumo 1994, 223)
Walaupun sains pada dasarnya bertujuan untuk mengumpulkan berbagai pengetahuan tentang dunia sekitar, pada kenyataannya sains tidak dapat berada dalam lingkup sosial yang kosong. Karenanya sains tidak dapat dipisahkan dari upaya-upaya umat manusia, sains tidak dapat dibahas tanpa mengacu baik secara sekilas maupun langsung pada sejumlah persoalan sosial, politik, agama dan filsafat. Akibatnya, materi pelajaran sains yang diajarkan di sekolah pun haruslah dihubungkan dengan lingkungan sosial dimana sains tersebut berkembang dan digunakan. Ketika ilmuwan dikatakan bahwa mereka harus bertanggung jawab terhadap dampak sains pada masyarakat luas, wajah sains yang berhubungan dan mempunyai dampak langsung (baik positif maupun negatif) tersebut biasanya adalah bentuk aplikasi dari sains yaitu teknologi. Definisi yang luas tentang teknologi adalah segala aspek dari aktivitas teknis manusia, tidak hanya yang menghasilkan produk dari pabrik namun juga akumulasi pengetahuan teknis dan berbagai teknik spesifik yang digunakan. Terdapat dua syarat aplikasi sains yang berbentuk teknologi yang layak, pertama adalah harus rasional (suatu kaidah yang berasal dari sains) dan kedua adalah harus efisien, yaitu dalam hal penggunaan waktu, tenaga dan biaya.
Pandangan tentang sains dan hubungan eratnya dengan teknologi memunculkan perspektif baru terhadap pendidikan sains di sekolah. Pemilihan produk teknologi yang cepat,tepat dan maju bagi kehidupan sehari-hari akan merubah kualitas hidup manusia. Bioteknologi misalnya, saat ini mampu memanipulasi proses dan mengubah suatu proses alami secara dramatis. Kelahiran Dolly yang diumumkan pada tahun 1996, domba hasil kloning mengubah persepsi bahwa sel reproduksi saja yang bisa menjadi mahluk hidup sekaligus aplikasi pada mahluk hidup lainnya. Hal ini merupakan informasi penting bagi siswa dan akan menjadi bagian penting dari kurikulum sains sekolah. Tetapi berbagai hal tersebut tidak hanya akan membawa perubahan pada pengetahuan dan system nilai dari sains dan teknologi saja, namun hal lainnya juga seperti perspektif sosial yang berhubungan dengan kualitas hidup, faktor ekonomi dan pertimbangan etis.\
B. Materi dan Energi
B.1 Definisi Materi
1. Secara Ilmu Hayat (alam)
Ilmu alam memandang materi dari struktur (susunan) dan organisasinya. Misalnya: kapur terdiri dari unsure kimia zat perekat, zat pewarna dan kalsium. Masing-masing unsure kimia mempunyai komposisi zat perekat 14 %, pewarna 6 % dan kalsium 80 %.Pengertian materi secara fisika hanya sebatas hal-hal tersebut (materi mengandung unsu-unsur kimia).
1. Secara Ilmu Filsafat
Segala sesuatu yang ada dan dapat dirasakan oleh panca indra manusia dan tidak tergantung pada kesadaran manusia (segala sesuatu yang nyata). Tidak diciptakan dan dikendalikan oleh sesuatu ide apapun dan dapat menimbulkan ide atau gagasan atau teori didalam fikiran manusia.
Pengertian materi secara filsafat berdasarkan saling hubungan antara keadaan dengan fikiran, antara obyek dan subyek. Sedangkan pengertian materi secara fisika berdasarkan tingkat perkembangan pengetahuan manusia terhadap alam. Ilmu pengetahuan manusia hingga saat ini masih belum menemukan adanya zat atau unsure kimia baru dalam komposisi tertentu di dalam kapur tulis. Oleh karena itu, maka kapur tulis dalam fisika disimpulkan berdasarkan tingkat pengetahuan manusia, kapur tulis yang terdiri dari 14 % zat perekat, 6 % zat pewarna dan 80 % kalsium. Jadi pengertian materi secara filsafat lebih luas dan bersifat umum, tidak sebatas benda-benda atau proses alam saja, tetapi juga termasuk fenomena-fenomena sosial. Sedangkan pengertian materi secara fisika hanya sebatas tentang benda-benda atau fenomena alam saja.
Pengertian secara filsafat bersifat mutlak dan abadi. Karena bagaimanapun majunya pengetahuan manusia tidak akan mengubah kebenaran bahwa materi itu eksis (tetap ada) secara obyektif dan tidak tergantung pada kesadaran manusia, sedangkan pengertian materi secara fisika bersifat relatif (antara ada dan tidak ada) dan bersifat sementara karena bergantung pada perkembangan pengetahuan manusia.
Filsafat materialisme memandang bahwa materi lebih dahulu ada sedangkan ide atau pikiran timbul setelah melihat materi. Dengan kata lain materialisme mengakui bahwa materi menentukan ide, bukan ide menentukan materi. Contoh: karena meja atau kursi secara obyektif ada, maka orang berpikir tentang meja dan kursi. Bisakah seseorang memikirkan meja atau kursi sebelum benda yang terbentuk meja dan kursi dan kursi belum atau tidak ada.
Ide adalah cermin materi. Pencerminan disini bukanlah pencerminan yang sederhana dan langsung tetapi merupakan pencerminan yang aktif melalui pemikiran yang rumit (canggih) sehingga dapat mencerminkan keseluruhan. Obyektif apa adanya secara keseluruhan. Karena adanya peranan aktif ide, maka manusia dapat mengembangkan cara atau alat untuk memperbesar kemampuan dalam mencerminkan maupun mengubah keadaan.
Dalam mengenal dan mengubah keadaan materil, manusia melakukannya dengan sadar untuk memenuhi kebutuhan praktek sosialnya. Ide revolusioner inilah yang mencerminkan hukum-hukum perkembangan kenyataan obyektif, memainkan peranan pendorong perkembangan keadaan.
Jadi, ide tergantung pada materi. Ide dapat menjangkau kedepan melampaui materi tetapi tidak dapat terlepas dari materi. Materi dapat menentukan ide, tetapi ide mempengaruhi perkembangan materi. Disinilah letak peranan aktif ide dalam praktek.
Praktek adalah aktifitas manusia mengenal dan mengubah keadaan materi. Praktek mempunyai kedudukan penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan kehidupan manusia. Praktek melahirkan ilmu pengetahuan, menguji dan mengembangkanya. Perkembangan dan kemajuan teori ditentukan oleh sejauh mana kemajuan praktek. Disinilah letak dialektika antara teori dan praktek.
Dunia materi adalah satu kesatuan organik. Ada saling hubungan secara organik, saling bergantungan, saling mempengaruhi, saling menentukan satu sama lain pada dunia materil. Contoh: Siapa yang berani mengatakan bahwa tidak ada hubungan antara tumbangnya Soeharto dengan naiknya harga-harga barang atau dengan semaraknya gerakan mahasiswa diberbagai kota? Krisis ekonomi global yang juga melanda Indonesia ditandai dengan melonjaknya harga sembako telah mendorong mahasiswa turun ke jalan-jalan untuk memprotes penguasa yang korup dan nepotis. Bukan bertambah parahnya ekonomi Indonesia disebabkan karena tidak beresnya sistem yang dilanggenkan Soeharto. Oleh karena itu, Soeharto harus digulingkan lebih dahulu dan sistem politik yang harus dibenahi. Dengan harapan bahwa jika sistem politik sudah benar maka tidak ada lagi kesempatan bagi penguasa untuk melakukan korupsi yang menyengsarakan rakyat.
Saling hubungan gejala-gejala adalah suatu hukum yang obyektif berlaku didunia semesta ini. Saling hubungan bukan merupakan terkaan atau buatan manusia. Saling hubungan memang ada secara obyektif. Oleh karena itu, saling hubungan gejala-gejala bukan perwujudan dari ide-ide atau pikiran manusia dan sebagainya. Saling hubungan gejala-gejala tidak tergantung pada kesadaran manusia.
Selain itu, dunia materi senantiasa bergerak dan berkembang sesuai keadaan, tempat dan waktu. Gerak materi adalah gerak sendiri karena gerak adalah bentuk kesadaran yang tidak bisa dilepaskan dari materi maka dapat dikatakan bahwa mempunyai gerak sendiri sebab esensi materi adalah gerak (intern materi) yang paling menentukan, sedang gerak ekstern hanya mempengaruhi saja. Contoh: Dalam suhu 50 derajat Celcius selama 21 hari maka telur akan menetaskan anak ayam, sedangkan dalam suhu dan waktu yang sama, batu tidak akan mungkin akan menetaskan anak ayam. Ini artinya bahwa setiap materi mempunyai sifat gerak sendiri-sendiri yang tidak bisa disamakan dengan materi yang lain. Jadi, gerak dalam/faktor intern yang paling menentukan, sedangkan gerak luar/faktor ekstern hanya syarat saja.
Materi senantiasa bergerak dan berkembang, namun tidak menutup kemungkinan adanya keadaan materi yang diam. Diamnya materi bukan berarti materi itu berhenti bergerak atau materi itu talah hilang sifatnya yang esensial. Tapi diamnya materi disebabkan terjadinya keseimbangan antara gerak dalam materi (faktor intern) dengan gerak luar (faktor ekstern). Artinya, ada kesamaan kualitas antara gerak dalam dengan gerak luar. Contoh: seandainya seseorang mendorongkan kepalanya ke tembok dengan kekuatan dua tenaga kuda sedangkan tembok tidak juga runtuh. Maka dapat disimpulkan bahwa kemungkinan tembok mempunyai kekuatan lebih atau sama dengan dua tenaga kuda. Sehingga tembok tidak runtuh. Jika kekuatan tembok dibawah dua tenaga kuda. Dapat dipastikan tembok akan runtuh.
B.2 Hukum Dialektika Materi
Berangkat dari pengertian bahwa hukum dialektika adalah hukum tentang saling hubungan dan perkembangan gejala-gejala yang berlaku secara obyektif dalam dunia semesta. Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa adanya saling hubungan dan perkembangan materi/gejala-gejala merupakan dua segi dialektika yang tidak bisa dipisah-pisahkan satu sama lainnya.
1. Tentang kontradiksi.
Hukum tentang kontradiksi merupakan esensi dari hukum dialektika karena kontradiksi (Pertentangan) mengungkapkan sumber atau asal-usul dan hakekat perkembangan. Hukum kontardiksi mengajarkan bahwa segala sesuatu terdiri dari bagian-bagian atau segi-segi yang berbeda atau kontradiksi dan gerak atau perkembangan sesuatu itu terutama disebabkan adanya saling hubungan yang berupa persatuan dan perjuangan antara segi-segi yang berkontradiksi yang ada didalamnya.
1. Keumuman kontradiksi
Hukum kontradiksi adalah umum dan universal. Bahwa dalam fenomena material terdapat kontradiksi-kontradiksi yang terjadinya secara umum dalam seluruh proses gerak materi. Setiap hal tidak dibatasi oleh ruang dan waktu
1. Kekhususan kontradiksi
Kontradiksi mempunyai kekhasan yang membedakan hal satu dengan lainya pada tingkat yang berbeda dari proses perkembangan. Juga mempunyai kekhususan dalam kontradiksi yang membedakan tingkat perkembangan yang satu dari lainnya
1. Kontradiksi pokok
Kontradiksi pokok adalah kontradiksi yang menjadi poros dan mempunyai semua kontradiksi bukan pokok. Dalam penyelesaian kontradiksi maka kontradiksi pokok diutamakan dalam setiap perkembangan hanya ada satu kontradiksi pokok yang memegang peranan memimpin dan menentukan. Kontradiksi pokok memainkan peranan yang memimpin kontradiksi-kontradiksi lainya pada satu tingkatan perkembangan tertentu maka ia merupakan dasar persoalan yang harus dipecahkan lebih dulu dan hanya dengan demikian kontradiksi-kontradiksi lainnya baru bisa dan lebih mudah diselesaikan. Walaupun demikian bukan berarti kontradiksi-kontradiksi yang bukan pokok tidak ada peranannya atau pengaruhnya sama sekali terhadap penyelesaian kontradiksi pokok. Sebaliknya perkembangan kontradiksi-kontradiksi itu mempunyai pengaruh yang tidak kecil terhadap penyelesaiannya kontradiksi pokok.
1. Hukum tentang negasi dari negasi
Hukum negasi dari negasi menunjukkan orientasi gerak dan perkembangan segala sesuatu. Hukum ini mengungkapkan pergantian kualitas lama dengan kualitas baru dalam proses perkembangan dan peningkatan dari bentuk-bentuk yang rendah dan sederhana kebentuk yang lebih tinggi dan kompleks
B.3 Energi
Energi dari suatu benda adalah ukuran dari kesanggupan benda tersebut untuk melakukan suatu usaha. Satuan energi adalah joule. Dalam ilmu fisika energi terbagi dalam berbagai macam/jenis, antara lain :
- energi potensial
- energi kinetik/kinetis
- energi panas
- energi air
- energi batu bara
- energi minyak bumi
- energi listrik
- energi matahari
- energi angin
- energi kimia
- energi nuklir
- energi gas bumi
- energi ombak dan gelombang
- energi minyak bumi
- energi mekanik/mekanis
- energi cahaya
- energi listrik
- dan lain sebagainya
Hukum Kekekalan Energi
” Energi tidak dapat diciptakan dan juga tidak dapat dimusnahkan”
Jadi perubahan bentuk suatu energi dari bentuk yang satu ke bentuk yang lain tidak merubah jumlah atau besar energi secara keseluruhan.
Rumus atau persamaan mekanik (berhubungan dengan hukum kekekalan energi) :
Em = Ep + Ek
dimana:
Em = energi mekanik
Ep = energi kinetik
Ek = energi kinetic
Perubahan materi adalah perubahan sifat suatu zat atau materi menjadi zat yang lain baik yang menjadi zat baru maupun tidak. Perubahan materi terbagi menjadi dua macam, yaitu :
1.
1.
1. Perubahan Materi Secara Fisika atau Fisis
Perubahan fisika adalah perubahan yang merubah suatu zat dalam hal bentuk, wujud atau ukuran, tetapi tidak merubah zat tersebut menjadi zat baru. Contoh perubahan fisis :
a. perubahan wujud
· es balok yang mencair menjadi air
· air menguap menjadi uap
· kapur barus menyublim menjadi gas, dsb
b. perubahan bentuk
· gandum yang digiling menjadi tepung terigu
· benang diubah menjadi kain
· batang pohon dipotong-potong jadi kayu balok dan triplek, dll
c. perubahan rasa berdasarkan alat indera
· perubahan suhu
· perubahan rasa, dan lain sebagainya
1.
1.
1. Perubahan Materi Secara Kimia
Adalah perubahan dari suatu zat atau materi yang menyebabkan terbentuknya zat baru. Contoh perubahan kimia :
1. bensin biodiesel sebagai bahan bakar berubah dari cair menjadi asap knalpot.
2. proses fotosintesis pada tumbuh-tumbuhan yang merubah air, sinar matahari, dan sebagainya menjadi makanan
3. membuat masakan yang mencampurkan bahan-bahan masakan sesuai resep menjadi masakan yang dapat dimakan.
4. bom meledak yang merubah benda padat menjadi pecahan dan ledakan
5. Tubuh yang lemas setelah makan menjadi kuat dan baterai yang soak jika diisi lagi (di carge) siap dipakai kembali.
Dari contoh tadi dapat dikatakan bahwa benda yang memiliki energi dapat melakukan kerja. Dengan kata lain energi adalah kemampuan untuk melakukan kerja (usaha). Satuan energi menurut Satuan Internasional (SI) adalah joule, satuan energi yang lain: erg, kalori, dan kWh. Satuan kWh biasa digunakan untuk menyatakan energi listrik, dan kalori biasanya untuk energi kimia.
Konversi satuan energi:
1 kalori = 4,2 joule
1 joule = 0,24 kalori
1 joule = 1 watt sekon
1 kWh = 3.600.000 joule
B.4 Pemanfaatan Energi
Sumber energi yang paling utama di Bumi adalah matahari, tetapi terdapat sumber energi lain yang dapat digunakan untuk kesejahteraan manusia seperti energi angin, energi panas bumi, energi pasang surut, energi listrik, energi biogas, dan energi nuklir. Dalam pemanfaatan energi kita bisa mengubah dari satu bentuk energi menjadi bentuk energi yang lain.
Banyak sekali kegunaan energi dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya energi kinetik/gerak untuk memutar turbin yang selanjutnya menggerakkan generator untuk menghasilkan listrik. Bahkan ombak yang berdebur dapat dimanfaatkan sebagai pembangkit tenaga listrik, meskipun penggunaannya masih sangat jarang. Caranya adalah pada kolam renang dengan ombak buatan, udara ditiupkan keluar masuk sebuah ruang di tepi kolam yang mendorong air sehingga bergoyang naik turun menjadi ombak. Pada sebuah pembangkit listrik bertenaga ombak (PLTO), aliran masuk dan keluarnya ombak ke dalam ruangan khusus menyebabkan terdorongnya udara keluar dan masuk melalui sebuah saluran di atas ruang tersebut kemudian dihubungkan dengan turbin yang akan menggerakkan generator. Nuklir dapat dimanfaatkan energinya untuk makanan, obat-obatan, kesehatan dan kedokteran, industri, transportasi, desalinasi air, listrik dan senjata. Pemanfaatan radio isotop telah dilakukan untuk keperluan makanan yang berhubungan dengan rekayasa pertanian dan peternakan. Selain itu, energi nuklir dapat digunakan untuk alat transportasi (kapal selam, Pesawat ruang angkasa) dan ala pembangkit listrik, bukan dipakai untuk perang.
C. Teknologi dan Kehidupan Manusia
Perkembangan sains dan teknologi yang semakin canggih dan pesat dewasa ini, sejatinya harus berbanding lurus dengan kualitas sumber daya manusia (SDM). Sebab sains lahir dari kaum ilmuwan yang akhirnya berpengaruh pada kemajuan teknologi. Kendati dalam perkembangannya, adakalanya teknologi memicu adanya perkembangan sains. Kedua-duanya mempunyai hubungan-ikat yang sangat erat dan saling menguntungkan.
Dalam konteks di atas, hubungan antara sains, teknologi, dan masyarakat menjadi penting, sebab seperti kita ketahui, teknologi lahir karenaadanya kebutuhan manusia untuk mempermudah segala aktivitas dan kegiatannya. Contohnya, manusia menciptakan televisi untuk memperoleh wawasan, pengetahuan dan informasi seanyak mungkin. Manusia juga membuat telepon, alat-alat transportasi dan beragam produk kemudahan dalam berinteraksi antarsesama. Akan tetapi, bukan berarti kecanggihan teknologi itu melulu mendatangkan kemanfaatan dan dampak positif saja. Tak sedikit yang justru merugikan manusia jika tidak digunakan dengan tepat. Sekadar ilustrasi, reaksi nuklir amat berguna dalam produksi isotop, yaitu untuk berbagai keperluan baik di bidang kesehatan maupun pertanian, juga dapat difungsikan sebagai pembangkit tenaga listrik. Namun, reaksi nuklir tersebut dapat pula dipakai sebagai senjata pemusnah masal, seperti yang terjadi di Hirosima dan Nagasaki. Oleh karena itu, di sini diperlukan kesiapan pengguna teknologi untuk memahami serta mengaplikasikan aneka produk teknologi dengan baik dan benar, agar fungsi dari adanya teknologi, yakni membantu kehidupan manusia, dapat tercapai.Kesiapan yang dibutuhkan para pemakai teknologi ialah kesiapan pengethuan tentang produk tenologi maupun kesiapan mental untuk tidak menggunakan produk-produk teknologi yang mengakibatkan dampak negatif dan merugikan masyarakat.
Berbicara mengenai sains dan teknologi, tentu saja tidak bisa dilepaskan dari konteks sosio-budaya yang melingkupi kelahirannya. Semua kajian keilmuan modern, ilmu sosial atau alam, berasal dari Amerika Utara dan Eropa Barat pada awal perkembangannya. Ilmu pengetahuan modern, para awal kelahirannya, menjadi bersifat “euro-sentris”.
Menjadi seperti itu karena pengaruh para filosof Eropa modern seperti Rene Descartes, sangat dominan pada seluruh bangunan fisikanya Isaac Newton dan kimianya Lavosier. Keadaan menjadi seperti ini, dimana Amerika Utara dan Eropa Barat memegang hegemoni atas perkembangan sains dan teknologi (sainstek), karena di bagian dunia yang lain seperti China, Timur Tengah dan India, terjadi stagnasi besar-besaran di bidang sosial kebudayaan. Sebetulnya, kebudayaan China, Timur Tengah dan India pada waktu itu sempat lebih maju dari barat. Namun karena serangkaian perang saudara dan perebutan kekuasaan atau coup d’etat di China, Timur Tengah dan India akhirnya negara barat mampu menyalip mereka.
C.1 Pergeseran Paradigma
Kita tidak mungkin mengabaikan, sumbangan seorang Isaac Newton dan Antoine Lavosier terhadap peradaban dunia. Tanpa kedua tokoh ini, ilmu fisika dan ilmu kimia tidak akan pernah ada. Dengan fisikanya Newton umat manusia bisa mendaratkan astronot di bulan, dan dengan kimianya Lavosier berbagai obat-obatan seperti penisilin dapat ditemukan. Namun akhirnya harus disadari bahwa perkembangan sains-teknologi tidaklah bebas nilai. Menurut Thomas Kuhn, selalu terjadi apa yang disebut “pergeseran paradigma” sebelum akhirnya suatu teori diterima sebagai suatu hukum. Dalam konteks ini, akhirnya negara barat menggunakan sains-tek untuk menjalankan politik kolonialisme dan imperialismenya. Negara barat menyewa para ilmuwan untuk menjadi corong politik imperialis mereka. Di sini politik hegemoni bermain.
Sejak awal tarikh masehi, bangsa China telah menemukan mesiu. Namun sejauh mungkin China hanya menggunakan mesiu untuk hiburan atau hal-hal lain yang bersifat damai. Mereka berusaha keras agar mesiu tidak digunakan sebagai senjata. Sebagai contoh, sewaktu Cheng Ho, panglima angkatan laut China, melakukan pelayaran keliling dunia pada sekitar tahun 1400an, dia hanya membawa senjata ringan untuk pasukannya. Senjata berat yang berbasis mesiu tidak dibawa.
Namun sewaktu mesiu sampai di barat, perubahan besar terjadi. Mesiu dimodifikasi oleh para ilmuwan untuk digunakan sebagai senjata utama untuk menggantikan busur dan panah. Sekitar tahun 1500an, senapan tipe “musket” dan meriam telah menjadi jamak digunakan. Musket dan meriam inilah yang digunakan para imperialis eropa untuk membantai bangsa Indian beserta produk budayanya di dunia baru yang diklaim sebagai milik mereka (Kasus penemuan benua Amerika oleh Colombus yang diikuti oleh kolonialisasi besar-besaran oleh bangsa2 Eropa barat).
Selama sekian ratus tahun musket dan meriam digunakan untuk berperang dalam konflik-konflik besar yang melibatkan orang Eropa, contohnya para perang 30 tahun di Jerman (1618-1648), perang suksesi Spanyol (1703-1714), perang kemerdekaan Amerika (1776-1781), dan tentu saja perang Napoleon (1804-1815). Tidak terhitung berapa juta manusia yang meninggal, cacat, atau kehilangan tempat tinggal akibat konflik yang menggunakan musket dan meriam ini. Pada akhir abad ke 19, perkembangan dalam dunia militer menjorok ke arah yang lebih jauh lagi. Richard Gatling dari Amerika Serikat menemukan senapan mesin, yang tentunya bisa digunakan untuk membunuh orang lebih banyak lagi, dan senapan tipe musket berhasil dimodifikasi menjadi tipe rifle yang lebih mudah digunakan. Dan Inggris pun berhasil menemukan tank pada awal abad ke 20. Pesawat tempur dan kapal selam pun mulai intensif digunakan.
C.2 Modifikasi
Modifikasi yang digunakan secara intensif di perang dunia ke I (1914-1918) yang memakan korban 20 juta jiwa manusia. Lebih jauh lagi, para ilmuwan Jerman berhasil menemukan gas Lewisite, yang ampuh untuk membunuh tentara Inggris di medan perang. Ditemukannya Lewisite, merupakan babak awak dari perkembangan senjata pemusnah massal (weapon of mass destruction).
Secara paradigmatik, Perang Dunia II (1939-1945) masih menggunakan sains-teknologi yang pernah digunakan pada Perang Dunia I. Namun ada sedikit perkembangan. Proyek Manhattan yang dipimpin oleh DR. Robert Oppenheimer, seorang ahli fisika eksentrik, telah berhasil menguji coba bom atom pertamanya. Presiden Truman setuju menggunakan bom atom itu terhadap Jepang, yang waktu itu belum menyerah seperti Jerman.
Akhirnya kota Hirosima dan Nagasaki dibom dengan total sekitar 500.000 orang meninggal. Hal tersebut sangat mengerikan. Penemuan bom atom merupakan puncak gunung dari perkembangan senjata pemusnah massal yang meliputi senjata biologi (bakteri/fungi/virus), Kimia (gas beracun), dan Fisika (nuklir). Senjata pemusnah massal pun masih terus digunakan dalam konflik besar dunia sampai detik ini, contohnya di perang Vietnam, Amerika menggunakan gas kimia tertentu untuk membabat hutan, sehingga tentara Vietkong tidak bisa bersembunyi.
Melihat kasus-kasus di atas, mudah sekali mengajak orang untuk menjadi anti sains dan teknologi. Mudah sekali mengajak orang untuk menjadi pesimis, karena perkembangan sains-teknologi malah menjadi langkah maju menuju kepunahan umat manusia di bumi ini.
Beberapa ilmuwan dari Amerika, seperti Albert Einsten dan Linus Pauling ada yang secara frontal beroposisi dengan Oppenheimer. Menurut mereka, seharusnya teknologi nuklir digunakan semata-mata untuk kepentingan damai, maka dengan itu penggunaan bom atom harus ditolak. Karena pandangannya yang anti penggunaan bom atom itu, justru Linus Pauling dituduh sebagai seorang komunis yang pro Uni Soviet oleh pemerintah Amerika Serikat dan paspornya dibekukan. Namun ini tidak menghalangi Pauling untuk mendapatkan nobel keduanya, yaitu nobel perdamaian karena idealismenya yang teguh dalam memperjuangkan perdamaian dunia..
Sering kali manusia memandang persoalan secara dualistik. Mereka sering sekali memisahkan antara yang sekular dan religius, antara jiwa dan badan, antara ilmu sosial dan ilmu alam, antara politik kiri dan kanan, dan antara subjek dan objek. Menurut pendapat Frijof Capra, semua ini karena manusia mengikuti filsafat Rene Descartes secara kaku dan dogmatis. Descartes menganggap bahwa seorang pengamat harus menjadi subjek otonom, yang terpisah secara tegas dari objek pengamatannya. Descartes dengan instrumen geometri analitisnya (bagian dari ilmu matematika), beranggapan bahwa semua fenomena alam dan kemanusiaan bisa dijelaskan dengan bahasa matematika. Filsafat Descartes apabila diterapkan secara dogmatik akan muncul berbagai kerancuan. Manusia mengklasifikasikan fenomena alam dan sosial berdasarkan sistem biner. Setelah itu, tanpa sadar, mereka pertentangkan dan ditabrakkan satu sama lain distingsi biner. Sering sekali wacana di masyarakat beredar untuk mempertentangkan antara sekular dan religius, sosial dan alam , China dan pribumi dan sebagaimya. Filosofi biner ini justru menimbulkan kebingungan dan konflik di masyarakat. Mungkin apabila filosofi ini diterapkan di Eropa, yang membangun filsafat atas dasar konflik dan individualisme (dialektika) hal tersebut tidak ada masalah. Tetapi di Asia (Indonesia) dimana semangat kolektivisme masih kuat, hal tersebut menjadi problematis karena mengharapkan agar masyarakat hidup dalam konflik terus menerus antara pendukung salah satu nilai biner itu. Hal ini hanya memecah belah masyarakat dan memarginalisasikan mereka.
Lebih Arif
Melihat keadaan distingsi biner ini seharusnya manusia lebih arif dalam menyikapi keadaan. Semua disitingsi biner antara dua hal yang bertentangan itu sebetulnya tidak lain adalah suatu manifestasi budaya, yang dengan kata lain adalah buatan manusia. Bila demikian, tentu saja terbuka akan kritik. Sudah bukan saatnya untuk menjadikan sains-teknologi menjadi semacam “dewa penyelamat” yang akan menolong manusia, atau justru menjadikan sains-teknologi menjadi “malaikat maut” yang akan membunuh manusia pula. Pandangan seperti ini memecah belah dan membuat masyarakat bingung. Mereka akan semakin bertanya-tanya apa gunanya sains-teknologi bagi kehidupan mereka karena tenggelam oleh pro kontra yang tidak ada habis-habisnya antara elit-elit teknokrat.
Sebaiknya para teknokrat, dari berbagai bidang disiplin ilmu apapun, entah itu kimia, hukum, fisika, psikologi, dan lainnya, bersatu dan berpartisipasi dalam perkembangan sains-teknologi. Seorang ahli kimia dari FMIPA menemukan senyawa kimia yang punya potensi menjadi obat, namun bila produk itu telah matang menjadi obat, yang mempromosikan ke masyarakat adalah para ahli komunikasi massa dari FISIPOL. Adalah suatu kebajikan yang amat paripurna bila para teknokrat dari berbagai disiplin ilmu (sosial dan alam), bersatu dalam suatu sinergi yang selaras, harmonis, holistik dan apik, untuk menyusun suatu konsep sains-teknologi yang memiliki potensi untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat. Penelitian ilmu alam secara murni dan idealis memang masih diperlukan, tetapi masyarakat punya hak bertanya karena adanya pajak yang mereka bayar.
Bila demikian, tentu saja masyarakat punya hak untuk menuntut kegunaan penelitian itu untuk mereka. Walaupun bukan dari pajak masyarakat sekalipun, seorang ilmuwan tetap memiliki tanggung jawab sosial kemasyarakatan untuk mengaplikasikan sains-teknologi untuk perdamaian dunia, seperti yang ditunjukkan Albert Einstein dan Linus Pauling. Untuk menjadikan masyarakat mendapatkan kegunaan sains-teknologi secara optimal, peranan ilmu humaniora sama pentingnya dengan ilmu alam itu sendiri.
Ilmu alam dan ilmu sosial berasal dari satu induk, yaitu Filsafat. Sebagai matter scientarum, filsafatlah yang melahirkan mereka dan menjadikan mereka berdua menjadi seperti sekarang ini. Filsafat selalu mencari kebenaran, sementara anak-anaknya, yaitu ilmu sosial dan alam, mewarisi tugas dari ibunya untuk juga mencari kebenaran. Bila ilmu sosial dan alam dipertentangkan, berarti sama saja mempertentangkan kebenaran. Mempertentangkan kebenaran berarti menegasikannya. Bila pencarian kebenaran tidak ada, peradaban manusia tidak memiliki alasan sama sekali untuk eksis. Para filosof jaman klasik, seperti Sokrates, Plato, dan Aristoteles, tidak pernah mempertentangkan ilmu alam dan sosial. Menurut mereka, ilmu harus diteropong dalam satu kesatuan organis, harmonis dan holistik, yaitu dalam rangka tercapainya kebahagiaan manusia.
D. Perkembangan dan Dampak Penggunaan Teknologi Bagi Kehidupan
Kemajuan sains dan teknologi membawa kejayaan dan kebahagiaan umat manusia. Kenikmatan dan kemudahan hidup serta berbagai hiburan dapat dinikmati sebagai hasil sains dan teknologi. Kekurangan tanah pertanian telah dapat diatasi dengan mengubah gurun-gurun pasir serta daerah tertutup salju menjadi areal pertanian yang subur. Jarak perjalanan, yang dulu mesti ditempuh berbulan-bulan, saat ini bisa ditempuh dalam beberapa jam saja, bahkan tak lama lagi bisa sekian detik saja. Ilmu kedokteran pun kian mengagumkan. Ginjal, paru-paru, jantung dan alat tubuh penting lainnya telah dibuat dan diperdagangkan sebagaimana layaknya onderdil-onderdil mesin. Orang tua yang dulu dianggap bakal tak punya anak, kini pun bisa terwujud. Dengan teknik-teknik yang canggih dan seleksi gen, bersamaan dengan diagnosa janin dan perawatan yang cermat terbuka harapan yang memungkinkan “mengendalikan kualitas” keturunan umat manusia.
Sekarang telah banyak juga digunakan teknik inseminasi buatan (artificial insemination/AI) dengan air mani donor (orang lain), jika sang suami mandul, atau berpenyakit turunan parah seperti Hutington. Seorang suami, kini dapat menyimpan air maninya dalam cryobank (bank tabungan air mani) sebelum dirinya disterilkan, atau memungkinkan sang istri punya anak dari suami yang sudah mati. Dengan sistem “kloning” inti sebuah telur “dibuahi” dengan inti sel somatik (badan) lalu dicangkokkan kembali ke rahim sehingga berkembang seperti biasa ada kemungkinan nantinya seseorang bisa melahirkan anak monyet. Ada lagi cara fusi telur (penggabungan telur), yang akan melenyapkan perlunya sperma pria dan akan selalu menghasilkan/melahirkan bayi wanita. Bahkan, kedua telur itu, dapat diperoleh dari satu wanita yang sama.
Perkembangan teknologi yang demikian mengagumkan itu memang telah membawa manfaat yang luar biasa bagi kemajuan peradaban umat manusia. Jenis-jenis pekerjaan yang sebelumnya menuntut kemampuan fisik yang cukup besar, sekarang sudah bisa digantikan oleh perangkat mesin-mesin otomatis. Demikian juga ditemukannya formulasi-formulasi baru kapasitas komputer, seolah sudah mampu menggeser posisi kemampuan otak manusia dalam berbagai bidang ilmu dan aktifitas manusia. Kemajuan teknologi yang telah dicapai sekarang benar-benar telah diakui dan dirasakan memberikan banyak kemudahan dan kenyamanan bagi kehidupan umat manusia.
Belum lagi metode memperlambat ketuaan, darmawisata ke ruang angkasa atau ke tepi alam semesta ini. Begitu juga perkembangan komputer dan teknologi komunikasi yang kian canggih dan sempurna yang akan dapat memberi solusi di berbagai bidang kehidupan. Robot pun kian banyak mengambil alih tugas manusia. Teaching machine, yang jauh lebih efisien, telah menggantikan fungsi guru. Untuk menambal kekurangan tidur digunakan pula sleep machine. Pendeknya manusia akan dapat hidup enak dan sepuas mungkin. Semua berkat sains dan teknologi.
Akibatnya timbul anggapan pada sebagian kalangan, diantaranya sains adalah segala-galanya. Sains dapat membuat surga di dunia ini. Peradaban seperti ini oleh Prof. Jaques Barzun dalam bukunya Science, The Glorious Entertaintment disebut sebagai Scientific Culture -peradaban sains- manusia lebih percaya pada sains dan teknologi. Manusia dipimpin semata-mata oleh ratio, akal sehat dan inteleknya saja.
Kendatipun demikian masih ada ahli pikir yang cemas melihat perkembangan masyarakat dan cara pikir seperti itu, terlalu tunduk pada otoritas sains belaka. Keagamaan, ketuhanan, susila dan nilai-nilai etis lainnya ditanggalkan. Secara kualitatif hidup bergelimangan alam benda yang berlimpah-limpah dan tunduk hanya pada kekuasaan intelek saja pada hakekatnya miskin, semu belaka. Sebab yang menjadi daya dorong adalah keuntungan atau laba. Inilah yang jadi ciri khas utama masyarakat peradaban sains itu.
Saingan yang tajam dalam kehidupan manusia, kurangnya rasa kegotongroyongan, tak pernah puas dengan segala yang ada, padahal hidup serba ada, menyebabkan timbulnya kebingungan, kegelisahan batin dan kerisauan hati dalam masyarakat. Manusia hidup dicekam stress dan ketegangan terus menerus. Lalu terjadilah peningkatan penjualan obat tidur, obat bius dan penenang saraf. Hal semacam itu takkan terjadi jika manusia yang hidup dalam peradaban sains itu memperoleh kebahagiaan dan ketenangan batin.
Kekhawatiran ini tercermin dari pendapat banyak ahli pikir Barat sendiri. Hampir semua filosof besar mengatakan, “Kelam telah menyelimuti dunia barat dan satelitnya”. Oswald Spengler, Nikolai Danilevski, Arnold J. Toynbee, P. A. Sorokin, Walter Schubart, N. Berdyev, dan lainnya melukiskan zaman sekarang ini sebagai suatu masa transisi teramat besar dari peradaban lama menuju peradaban baru. Sistem peradaban lama, secara berangsur-angsur tapi pasti mulai melemah dan akhirnya padam sama sekali, lenyap dari permukaan bumi.
Dewasa ini kemajuan perubahan terjadi begitu cepat seiring dengan perkembangan jaman, sehingga diikuti oleh perubahan ekologi yang sangat cepat pula. Perkembangan teknologi ini tentu saja tidak lepas dari adanya perkembangan dalam bidang sains yang juga berlangsung dengan pesatnya terutama sejak abad ke-19 hingga sekarang.
Perkembangan teknologi tidak berlangsung dalam waktu yang pendek, tetapi pada hakekatnya telah sejak ratusan ribu tahun yang lalu, yang disebut Zaman Batu, ketika orang atau manusia purba mulai menggunakan batu sebagai alat untuk mempermudah pekerjaan mereka. Lalu kemudian disusul dengan zaman berikutnya dimana manusia telah mengenal Logam dan menggunakannya untuk berbagai keperluan. Dengan demikian perkembangan teknologi jelas membawa dampak bagi perkembangan peradaban manusia.
Perkembangan teknologi pada dasarnya bertujuan untuk makin mempermudah segala kegiatan yang dilakukan oleh manusia. Hubungan antar manusia yang berjauhan letaknya dapat dipermudah dengan adanya telepon/handphone atau juga e-mail. Dengan adanya alat peralatan komunikasi yang makin canggihmaka beberapa kelompok masyarakat dari berbagai Negara dapat berinteraksi dengan mudah dan hal ini membawa dampak satu terhadap yang lain.
Sebagai contoh pengaruh perkembangan teknologi terhadap kehidupan ialah adanya penemuan mesin uap oleh James E.Watt (1736-1819) seorang insinyur Skotlandia. Perkembangan tenologi terhadap mein uap tersebut ternyata membawa dampak pada industri, yaitu lahirnya industrialisasi dengan menggunakan mesin serta “ Revolusi Industri “ di bidang pertekstilan.
Dewasa ini hampir setiap segi kehidupan terkait dengan teknologi sejak bangun dari tidur, melihat jam dinding untuk mengetahui waktu, pakaian, alat transportasi, peralatan kantor untuk melakukan pekerjaan merupakan hasil teknologi. Kesiapan yang harus dimiliki oleh pengguna suatu produk teknologi ialah kesiapan pengetahuan tentang produk tersebut dan kesiapan mental untuk tidak menggunakan produk teknologi untuk tujuan yang dampaknya merugikan manusia.
Teknologi sudah menjadi nadi kehidupan yang terus berjalan, mengalir dan berkembang sedemikian cepat sehingga seluruh sendi kehidupan manusia modern telah tergantung kepadanya. Dengan teknologi manusia semakin mudah dan cepat dalam memenuhi kebutuhannya. Namun di sisi lain teknologi yang minim landasan nilai telah melahirkan banyak krisis. Berbagai krisis seperti krisis ekonomi, krisis kemanusiaan, krisis moral, krisis ketakwaaan, krisis lingkungan dan berbagai krisis lainnya semakin akrab dalam kehidupan manusia.
E. Teknologi Informasi
E.1. Pengertian Teknologi Informasi
Teknologi Informasi adalah suatu teknologi yang digunakan untuk mengolah data, termasuk memproses, mendapatkan, menyusun, menyimpan, memanipulasi data dalam berbagai cara untuk menghasilkan informasi yang berkualitas, yaitu informasi yang relevan, akurat dan tepat waktu, yang digunakan untuk keperluan pribadi, bisnis, dan pemerintahan dan merupakan informasi yang strategis untuk pengambilan keputusan. Teknologi ini menggunakan seperangkat komputer untuk mengolah data, sistem jaringan untuk menghubungkan satu komputer dengan komputer yang lainnya sesuai dengan kebutuhan, dan teknologi telekomunikasi digunakan agar data dapat disebar dan diakses secara global.
E.2. Peran Teknologi Informasi
Dalam kehidupan dimasa mendatang, sektor teknologi informasi dan telekomunikasi merupakan sektor yang paling dominan. Siapa saja yang menguasai teknologi ini, maka dia akan menjadi pemimpin dalam dunianya. Teknologi informasi banyak berperan dalam bidang-bidang antara lain :
· Bidang Pendidikan (e-education)
Globalisasi telah memicu kecenderungan pergeseran dalam dunia pendidikan dari pendidikan tatap muka yang konvensional ke arah pendidikan yang lebih terbuka (Mukhopadhyay M., 1995). Mason R. (1994) berpendapat bahwa pendidikan mendatang akan lebih ditentukan oleh jaringan informasi yang memungkinkan berinteraksi dan kolaborasi, bukannya gedung sekolah. Namun, teknologi tetap akan memperlebar jurang antara di kaya dan si miskin. Tony Bates (1995) menyatakan bahwa teknologi dapat meningkatkan kualitas dan jangkauan bila digunakan secara bijak untuk pendidikan dan latihan, dan mempunyai arti yang sangat penting bagi kesejahteraan ekonomi. Dari ramalan dan pandangan para cendikiawan di atas dapat disimpulkan bahwa dengan masuknya pengaruh globalisasi, pendidikan masa mendatang akan lebih bersifat terbuka dan dua arah, beragam, multidisipliner, serta terkait pada produktivitas kerja dan kompetitif. Kecenderungan dunia pendidikan di Indonesia di masa mendatang adalah:
1. Berkembangnya pendidikan terbuka dengan modus belajar jarak jauh (Distance Learning). Kemudahan untuk menyelenggarakan pendidikan terbuka dan jarak jauh perlu dimasukan sebagai strategi utama.
2. Sharing resource bersama antar lembaga pendidikan / latihan dalam sebuah jaringan
3. Perpustakaan & instrumen pendidikan lainnya (guru, laboratorium) berubah fungsi menjadi sumber informasi daripada sekedar rak buku.
4. Penggunaan perangkat teknologi informasi interaktif, seperti CD-ROM Multimedia, dalam pendidikan secara bertahap menggantikan TV dan Video.
Dengan adanya perkembangan teknologi informasi dalam bidang pendidikan, maka pada saat ini sudah dimungkinkan untuk diadakan belajar jarak jauh dengan menggunakan media internet untuk menghubungkan antara mahasiswa dengan dosennya, melihat nilai mahasiswa secara online, mengecek keuangan, melihat jadwal kuliah, mengirimkan berkas tugas yang diberikan dosen dan sebagainya, semuanya itu sudah dapat dilakukan.
· Dalam Bidang Pemerintahan (e-government)
E-government mengacu pada penggunaan teknologi informasi oleh pemerintahan, seperti menggunakan intranet dan internet, yang mempunyai kemampuan menghubungkan keperluan penduduk, bisnis, dan kegiatan lainnya. Bisa merupakan suatu proses transaksi bisnis antara publik dengan pemerintah melalui sistem otomasi dan jaringan internet, lebih umum lagi dikenal sebagai world wide web. Pada intinya e-government adalah penggunaan teknologi informasi yang dapat meningkatkan hubungan antara pemerintah dan pihak-pihak lain. penggunaan teknologi informasi ini kemudian menghasilkan hubungan bentuk baru seperti: G2C (Governmet to Citizen), G2B (Government to Business), dan G2G (Government to Government).
Manfaat e-government yang dapat dirasakan antara lain:
1. Pelayanan servis yang lebih baik kepada masyarakat. Informasi dapat disediakan 24 jam sehari, 7 hari dalam seminggu, tanpa harus menunggu dibukanya kantor. Informasi dapat dicari dari kantor, rumah, tanpa harus secara fisik datang ke kantor pemerintahan.
2. Peningkatan hubungan antara pemerintah, pelaku bisnis, dan masyarakat umum. Adanya keterbukaan (transparansi) maka diharapkan hubungan antara berbagai pihak menjadi lebih baik. Keterbukaan ini menghilangkan saling curiga dan kekesalan dari semua pihak.
3. Pemberdayaan masyarakat melalui informasi yang mudah diperoleh. Dengan adanya informasi yang mencukupi, masyarakat akan belajar untuk dapat menentukan pilihannya. Sebagai contoh, data-data tentang sekolah: jumlah kelas, daya tampung murid, passing grade, dan sebagainya, dapat ditampilkan secara online dan digunakan oleh orang tua untuk memilihkan sekolah yang pas untuk anaknya.
4. Pelaksanaan pemerintahan yang lebih efisien. Sebagai contoh, koordinasi pemerintahan dapat dilakukan melalui e-mail atau bahkan video conference. Bagi Indonesia yang luas areanya sangat besar, hal ini sangat membantu. Tanya jawab, koordinasi, diskusi antara pimpinan daerah dapat dilakukan tanpa kesemuanya harus berada pada lokasi fisik yang sama. Tidak lagi semua harus terbang ke Jakarta untuk pertemuan yang hanya berlangsung satu atau dua jam saja.
· Bidang Keuangan dan Perbankan
Saat ini telah banyak para pelaku ekonomi, khususnya di kota-kota besar yang tidak lagi menggunakan uang tunai dalam transaksi pembayarannya, tetapi telah memanfaatkan layanan perbankan modern. Bahkan baru-baru ini salah satu bank swasta di Indonesia memperkenalkan suatu alat yang akan menggantikan penggunaan uang.
Layanan perbankan modern yang hanya ada di kota-kota besar ini dapat dimaklumi karena pertumbuhan ekonomi saat ini yang masih terpusat di kota-kota besar saja, yang menyebabkan perputaran uang juga terpusat di kota-kota besar. Sehingga sektor perbankan pun agak lamban dalam ekspansinya ke daerah-daerah. Hal ini sedikit banyak disebabkan oleh kondisi infrastruktur saat ini selain aspek geografis Indonesia yang unik dan luas.
Untuk menunjang keberhasilan operasional sebuah lembaga keuangan/perbankan seperti bank, sudah pasti diperlukan sistem informasi yang handal yang dapat diakses dengan mudah oleh nasabahnya, yang pada akhirnya akan bergantung pada teknologi informasi online, sebagai contoh, seorang nasabah dapat menarik uang dimanapun dia berada selama masih ada layanan ATM dari bank tersebut, atau seorang nasabah dapat mengecek saldo dan mentransfer uang tersebut ke rekening yang lain hanya dalam hitungan menit saja, semua transaksi dapat dilakukan.
Institusi perbankan dan keuangan telah dipengaruhi dengan kuat oleh pengembangan produk dalam teknologi informasi, bahkan mereka tidak dapat beroperasi lagi tanpa adanya teknologi informasi tersebut.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment